Monday, May 20, 2013

Doa Sang Kodok—




Satu hari hiduplah seekor kodok yang kian bersedih, kini matanya tak berbinar seperti dulu, wanginya pun tidak. Jika rembulan enggan memudar ia selalu menangisi keadaan fisiknya yang sering mejadi olok-olokan hewan lain.
Kini ia hidup sebatang kara di hutan terpencil yang mulai disesaki oleh limbah perkotaan. Tak ada aroma menyejukkan disana, sekarang. Bak tong sampah yang mulai berlumut dan ditunggangi para pengurai jahanam.
Sang kodok ditinggalkan kedua orang tua dan kerabatnya seminggu lalu, karena  ulah keji para manusia. Tangan dan kakinya pun patah karena peristiwa pembantaian tersebut.

Pada malam hari menjelang tidurnya, sang kodok berdoa;

“ Tuhan, terimakasih telah kau jadikan aku kodok yang kian selalu mengumbara kemana pun mauku. 
Kau berikan aku sayap indah yang mampu menerbangkanku kebukit unggu kebiru-biruan para dewa awan di atas sana.
Kau berikan aku sirip menawan untuk melancarkan kehidupanku dan untuk menemui surga di bawah sana.
Terimakasih atas bebatuan yang telah kau sematkan dideras aliran sungai ini, untuk pijakkan kakiku. Dan untuk tumpuan hidupku..
Terimakasih Tuhan, karena kau selalu bersamaku—“ #KIY

(kodok adalah perumpamaan aku, kamu, mereka, dan kalian)

No comments:

Post a Comment

Hi! Join us for my account twitter @kameliaonta. Have fun! ;)